Orang-orang besar 2007
Orang besar selalu berperilaku seperti halilintar yang membelah langit dan manusia lain hanya menunggunya seperti kayu bakar.
-- Thomas Carlyle (1795-1881)
People of The Year 2007 | |||
Jum'at, 28/12/2007 | |||
INDONESIA adalah negara besar dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Indonesia juga dikenal sebagai negara kaya karena terletak di wilayah khatulistiwa. Namun kebesaran dan kekayaan alam Indonesia seperti sekadar mitos yang masih sulit dibuktikan ke dalam realitas kehidupan nyata berbangsa.
Kebesaran nilainya menjadi semu karena kurang adanya kewibawaan dan ketegasan. Kekayaan menjadi absurd karena kurang memberi dampak positif bagi kesejahteraan rakyat akibat salah urus dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan konspirasi politik dan ekonomi kelompok.
Rakyat Indonesia sesungguhnya merindukan kebesaran dan kekayaan itu hadir dalam wujud dunia yang nyata. Bukan sekadar ilusi dan fatamorgana. Yang mengundang kegelisahan, apakah bisa menghadirkan mimpi itu menjadi kenyataan?
Adalah tidak berlebihan kalau kita meyakini bahwa mimpi-mimpi itu bisa menjadi kenyataan, dengan catatan ada komitmen besar dari orang-orang besar yang benar-benar berpikir untuk kemakmuran dan kebaikan negeri ini. Optimisme kita akan selalu mengatakan,"Masa, dari 200 juta jiwa lebih penduduk Indonesia, tidak ada di antara mereka yang memiliki komitmen besar untuk memakmurkan dan memajukan bangsa ini, aneh bukan?"
Terlepas dari plus minusnya, jika kita bandingkan Indonesia dengan Malaysia yang populasinya 27 juta jiwa, mereka memiliki Mahathir Mohammad yang bisa membawa negeri itu berjaya. Singapura dengan populasi 4,7 juta jiwa memiliki Lee Kuan Yew yang membawa negara kecil itu menjadi kaya raya, Afrika Selatan (44 juta) memiliki Nelson Mandela yang dikenal sebagai pejuang demokrasi dan kemakmuran, Venezuela (26 juta) memiliki Hugo Chavez yang tampil dengan kewibawaannya, Bolivia (11 juta) punya Evo Morales yang memiliki keberanian dan kepercayaan diri dalam melakukan langkah nasionalisasi di tengah kepungan asing.
Kebutuhan atas sosok yang berkomitmen besar demikian telah memberi inspirasi koran SINDO untuk meneruskan tradisi pemilihan People of The Year seperti yang dilakukan tahun sebelumnya. Dan tahun ini,ada yang lebih istimewa karena SINDO juga memilih Issue of The Year. Tradisi penokohan bagi bangsa Indonesia menjadi sesuatu yang penting karena bisa menjadi semacam altruism (semangat kemanusiaan), trust (rasa saling memercayai), dan predeterminism (penentuan nasib).
Majalah TIME juga memulai tradisi ini sejak 1927. Konteksnya saat itu, para editor majalah berpengaruh tersebut sedang kesulitan mencari tokoh yang bisa dimuat untuk halaman sampul karena sedang tidak ada tokoh politik maupun ekonomi yang menonjol pada tahun itu. Akhirnya pilihan jatuh kepada Charles Augustus Lindbergh Jr, yang pada tahun itu sukses mengarungi lautan Atlantik dengan penerbangan solo tanpa henti.
Kehebatan Lindbergh yang dijuluki "Lucky Lindy" ini akhirnya menjadi satu-satunya pilihan sebagai tokoh yang masuk kategori newsmaker. Tradisi TIME itu akhirnya berkembang, yaitu bahwa istilah Man of The Year/Person of The Year tidak hanya sebagai reward terhadap tokoh tertentu saja, tetapi juga diberikan kepada tokoh pembuat berita, baik dilihat dari sisi positif maupun negatif.
Tak aneh kalau diktator Adolf Hitler dan Joseph Stalin pernah menjadi Man of The Year di masanya. Termasuk tokoh kontroversial yang sangat dibenci Amerika Serikat, Ayatollah Khomeini, oleh TIME dinobatkan sebagai Man of The Year 1979. Hanya dalam perkembangannya,TIME seperti membuat kontroversi saat menetapkan Person of The Year pada 2006.
Hasil polling menetapkan Presiden Venezuela Hugo Chavez mendapatkan perolehan suara tertinggi (35%), disusul Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (21%). Juru Bicara Parlemen Amerika Nancy Pelosi (12%) dan Presiden AS George W Bush (8%) kurang beruntung karena urutannya termasuk di nomor belakang. Namun, majalah berpengaruh itu tidak memilih Hugo Chavez atau Ahmadinejad menjadi Person of The Year. Dengan sangat mengejutkan, pilihan Person of The Year versi TIME adalah "You" (Anda sendiri).
Anda sendirilah yang menentukan kehidupan menjadi baik atau buruk. Sikap kontroversial TIME yang menimbulkan banyak kritik sebagai pilihan yang stupid itu kemungkinan karena adanya "intervensi" atau ketidaksukaan Pemerintah Amerika Serikat (AS) atas terpilihnya tokoh-tokoh dunia yang menentang atau anti-AS sehingga para editornya harus berpikir untuk mencari alternatif penokohan yang bisa dikatakan lebih "aman".
Namun, SINDO memiliki cara lain yang pendekatan metodologisnya memungkinkan untuk bisa lebih objektif dan jauh dari unsur kepentingan-kepentingan. Ada empat nama yang terpilih sebagai People of The Year versi SINDO. Mereka adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X (bidang politik), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (bidang ekonomi), mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki (bidang hukum), dan Rektor IKJ Prof Sardono Waluyo Kusumo (bidang budaya). Sementara Issue of The Year terpilih versi SINDO adalah korupsi.
Terpilihnya keempat nama itu bukan tanpa alasan yang jelas. Mereka memang orang-orang cerdas, berani, tidak mudah puas dengan kemapanan. Mereka termasuk minoritas, tetapi memiliki prakarsa, pikiran-pikiran orisinal dan berada di depan yang lain. Minoritas inilah yang membawa sejarah ke tahap yang baru. Thomas Carlyle, filosof Skotlandia yang meninggal di Inggris, misalnya, percaya bahwa sejarah dibentuk oleh individu-individu yang cemerlang.
Dalam bukunya On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History, Carlyle mempertegas bahwa setiap sejarah merupakan perwujudan satu atau lebih dari satu pribadi cemerlang. Lebih tepatnya, sejarah setiap bangsa merupakan perwujudan personalitas dan kejeniusan satu atau lebih dari satu pahlawan. Misalnya, sejarah Islam merupakan perwujudan personalitas Nabi Muhammad; sejarah Prancis modern merupakan perwujudan personalitas Napoleon; dan sejarah Uni Soviet 60 tahun silam merupakan perwujudan personalitas Lenin.
Dalam pandangannya yang lain, Carlyle yang juga dikenal sebagai penganut the great man theory sering menempatkan orang besar sebagai sumber perubahan sosial. Orang besar menurutnya selalu berperilaku seperti halilintar yang membelah langit dan manusia lain hanya menunggunya seperti kayu bakar. Akhirnya, harapan besar kita tujukan kepada mereka yang terpilih sebagai People of The Year versi SINDO. (Sururi Alfaruq)