Sep 18, 2012

Kiat Memuji si Kecil

 
Panduan Memuji Balita
Selasa, 18 September 2012 | 07:05 WIB
 
Berikan pujian spesifik pada anak akan prestasinya.

KOMPAS.com - Saat memuji balita, lakukan setulus dan sejelas mungkin. Ada beberapa panduan penting sebelum memuji anak yang dapat membantu anak menemukan nilai dari kata-kata penghargaan dan dorongan. Pakar pendidikan, Henny Supolo Sitepu, MA memberikan penjelasan mengenai panduan memberikan pujian pada balita.

* Libatkan kontak fisik.
Dengan lembut sentuh atau tepuk punggung anak, berikan ia pelukan, kecupan, atau "tos" saat Anda mengungkapkan persetujuan Anda atas sikap dan prestasinya. Senyuman, tepuk tangan, atau acungan jempol dari jauh juga berdampak sama. Bahasa tubuh Anda yang positif seringkali berefek lebih besar ketimbang kata-kata.

* Berikan pujian secara spesifik.
Apa yang Anda sukai dari tindakannya? Misalnya, alih-alih bilang "Gambarmu bagus, Nak," katakan saja, "Ibu suka pilihan warna pada gambarmu ini. Mengingatkan ibu pada warna pelangi."

* Lakukan dengan tulus. Anak-anak bisa merasakan bila pujian orangtuanya tidak tulus dan Anda akan kehilangan kepercayaan mereka jika ini terjadi. Yang lebih parah lagi, mereka jadi merasa tak aman karena mereka tak bisa memercayai ucapan positif Anda, serta kesulitan membedakan kapan Anda bersungguh-sungguh dan kapan Anda hanya berbasa basi.

* Beri perhatian penuh. Hindari memuji yang dilakukan sambil lalu karena kesibukan Anda. Hal ini akan membuat anak merasa dirinya tidaklah sepenting hal-hal yang tengah dilakukan orangtuanya saat itu.

* Puji saat mencoba hal baru.
Mendorong aktivitas-aktivitas baru. Pujilah anak-anak karena telah mencoba melakukan keterampilan baru, seperti pipis di toilet, merapikan mainan, bernyanyi, dan karena mereka tidak takut melakukan kesalahan.

* Jangan berikan pujian berlebihan. Cobalah untuk tidak berulang-ulang memuji atribut anak, seperti, "Kami ganteng, cantik, rambutmu bagus, pintar, cerdas, berbakat..." dan sebagainya. Orangtua dan kakek-nenek tentu senang memuji anak seperti ini. Sebenarnya boleh saja dalam kadar tertentu. Tapi, jika anak terus menerus mendengar hal serupa, pujian ini akan terasa kosong dan kurang bermakna bagi mereka.

* Puji bila Anda terkesan. Mengatakan, "Wah, Ayah kagum melihat kamu berusaha mengendarai sepeda roda tiga..." membuat anak tahu Anda menghargai usaha dan kerja kerasnya. Juga bahwa Anda tahu beda antara saat mereka berusaha keras dan tidak.

* Fokus pada proses. Pujilah anak atas usaha dan kerja keras mereka, bukan atas bakat bawaan mereka. Proses lebih penting daripada hasil. Tak semua anak bisa menjadi atlet, pemain musik, atau pelajar yang berprestasi. Namun, anak-anak yang berani berusaha dan gigih dalam usahanya juga patut dikagumi. Bakat seperti inilah yang dapat membuat anak berhasil dalam hidupnya.

* Jangan memuji dengan imbalan. Hindari mendorong usaha dan perilaku anak dengan iming-iming hadiah, uang, atau makanan. Imbalan semacam ini bukanlah motivator yang baik untuk jangka panjang.

* Jangan memuji lalu mengkritik. Pujian Anda akan langsung sia-sia bila diikuti kritik. Misalnya, "Wah, pintar sekali kamu pakai kaus sendiri. Tapi kaus itu tidak cocok dipakai dengan celana ini."

* Hindari memberi "label" atau "cap" pada anak. Memuji usaha, strategi, dan kegigihannya memberi pesan kepada anak, ia punya kekuatan untuk memperbaiki diri dan mengubah situasi. Namun mencapnya sebagai "pintar" memberinya sedikit kendali bagaimana ia dapat mengubah keadaan. Berhati-hati juga dalam mencap diri Anda seperti "Ibu kalah tadi di lomba lari di sekolahmu, ibu memang payah dalam olahraga". Juga hindari mencap orang lain seperti "Temanmu tidak mau meminjamkan mainannya? Pelit sekali dia."

* Jangan merasa bersalah. Orangtua seringkali memuji anak-anak untuk membuat diri mereka merasa lebih baik, atau untuk melindungi anak dari rasa kecewa. Tapi tak ada salahnya orangtua membantu anak belajar menghadapi kegagalan dan menunjukkan cara-cara memperbaiki situasi.

Bila diberikan dengan tepat, pujian banyak gunanya bagi anak maupun orangtua. Penguatan, persetujuan, dan dorongan Anda akan lebih bermakna bagi anak-anak dan lebih efektif untuk mendapatkan perilaku yang Anda harapkan di masa mendatang.

(Tabloid Nakita/Amanda Setiorini)

No comments: