Mengangkat Kebesaran Nusantara lewat Tolehan ke Masa Lampau
RUWAT AGUNG NUSWANTARA
Bangkitkan Lagi Kenangan Majapahit di Masa Lampau
Sabtu (24/11) siang menjelang kirab grebek suro bertajuk "Ruwat Agung Nuswantara Majapahit Tahun 1946 Saka", hujan deras mengguyur kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Siraman air dari langit itu memberikan kesejukan yang terasa menyelimuti seluruh warga yang kala itu menanti kirab.
Ribuan warga, mulai dari anak-anak, kaum muda, hingga orang tua, antusias menyaksikan kirab grebek suro "Ruwat Agung Nuswantara Majapahit" yang dihelat Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Kirab itu melibatkan sekitar 1.250 orang dari 16 desa di Kecamatan Trowulan. Rombongan kirab berangkat dari Candi Bajangratu kemudian berakhir di Pendapa Agung Majapahit. Kirab itu menggambarkan kebesaran Kerajaan Majapahit dan diharapkan sekurangnya menjadi daya tarik wisata budaya.
Kendati baru sebatas wisatawan lokal dari Mojokerto dan sekitarnya yang datang menyaksikan kirab, kegiatan yang bernuansa ritual budaya itu mampu membangkitkan emosi dan kenangan masa lampau. Warga di Tanah Majapahit, sebutan untuk Mojokerto, seakan terseret pada kesohoran Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada kala itu yang dapat menyatukan wilayah Nusantara (Nuswantara).
"Kita semua tahu kebesaran Majapahit yang bisa menyatukan Nusantara yang menjadi cikal bakal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, kita wajib nguri-uri (melestarikan) peninggalan Majapahit," kata Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa.
Kirab "Ruwat Agung Nuswantara Majapahit" menjadi agenda tahunan ritual dan budaya di Kabupaten Mojokerto. Kegiatan ini tentu saja bisa memikat wisatawan karena kebesaran Majapahit dikenal dunia.
"Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke Malaysia dan Brunei, ternyata mereka tahu kebesaran Majapahit. Jadi, tinggal bagaimana mengemas kegiatan bernuansa religi dan budaya ini untuk menarik wisatawan mancanegara datang ke Trowulan," kata Raja Klungkung, Bali, Ida Dalem Smara Putra, seusai mengikuti kirab grebek suro.
Ikatan amat dekat
Ida mengakui, keterkaitan sejarah dan emosi raja dan keraton di wilayah Nusantara dengan Majapahit sangat dekat. Realitas itu menjadi peluang besar untuk mengangkat kebesaran Majapahit kembali melalui kirab grebek suro. Apalagi, ada hal yang menarik terkait Majapahit, yakni ranah fisik atau spiritualnya. Kondisi itu perlu terus dipromosikan.
Terkait kirab grebek suro "Ruwat Agung Nuswantara Majapahit", Ida menyatakan masih sebatas tingkat lokal. Belum ada gaungnya di tingkat nasional. Padahal, acara yang mengangkat kebesaran Majapahit ini sangat menarik jika dikemas lebih tertata dan Pemerintah Provinsi Jatim ikut dilibatkan.
AA Gde Raka Juliar dari Puri Kaler Kangin Klungkung mengatakan, hubungan Bali di masa lalu dengan Majapahit amat dekat. Karena itu, ia menyayangkan jika kirab grebek suro tersebut bersifat lokal.
"Semua kabupaten yang masih ada hubungannya dengan Majapahit seharusnya dilibatkan dalam pameran budaya, termasuk raja ataupun keratonnya. Jika tidak, sifatnya lokal saja," kata Raka Juliar. (abdul lathif)
Sumber: Kompas, 29 November 2012
No comments:
Post a Comment