TEMPO Interaktif, Jakarta -Bahasa memiliki peran penting dalam mengembangkan kecerdasan anak secara keseluruhan. Semakin besar kemampuan bahasa yang dimiliki seorang anak, si kecil pun semakin cerdas. Namun demikian, bukan berarti si kecil yang dengan kemampuan bahasa kurang dianggap tidak cerdas.
"Kecerdasan anak atau si kecil memang disebabkan oleh banyak faktor. Tapi bahasa merupakan salah satu faktor penting yang menunjang kecerdasannya," kata Elok Damayanti, psikolog anak dari Klinik Buah Hati, Jakarta.
Elok menuturkan kisah seorang pasiennya yang memiliki buah hati berusia tiga tahun dengan kemampuan bahasa yang luar biasa. "Ibunya bangga sekaligus bingung. Kemampuan Resna dalam mengucapkan kata atau bahasa yang demikian banyak membuatnya paling cerdas di antara anak balita seusianya."
Elok menjelaskan, kebiasaan Resna mengucapkan banyak kata atau bahasa seperti saat menyebutkan kata botol. "Resna langsung menunjukkan kotak susu yang berarti botol yang biasa dipakai untuk minum susu. Kemudian dia mengucapkan kata mobil, lalu bertingkah berputar-putar seolah memberitahukan bahwa mobil biasa dipakai untuk berjalan-jalan. Bukan main," tuturnya panjang-lebar.
Diakui wanita berjilbab ini, kemampuan bahasa yang begitu luar biasa yang dimiliki Resna memang serta-merta berkaitan dengan kecerdasan anak balita tersebut. Namun sekali lagi banyak faktor yang menentukan kecerdasan si kecil, seperti kemampuan bahasa, kemampuan motorik, kemampuan abstrak, dan kemampuan spasial atau ruang.
Sementara itu, psikolog anak Roslina Verauli menjelaskan, kecerdasan bahasa dapat berperan mengembangkan kecerdasan anak secara keseluruhan. Namun belum diketahui sejauh mana kemampuan tersebut mempengaruhi kecerdasan secara umum. "Kemampuan bahasa mampu mengoptimalkan kecerdasan anak karena, saat berbahasa, anak punya gambaran berbagai konsep," katanya ketika dihubungi kemarin.
Menurut Roslina, kecerdasan bahasa ini ditentukan lewat proses belajar anak dalam mengasosiasikan berbagai konsep. Misalnya, bila melihat warna putih di langit, akan diasosiasikan sebagai awan. "Dan, semakin banyak seorang anak mengenal konsep yang mengaitkannya satu sama lain, maka si kecil ini tampak semakin cerdas."
Yang perlu diingat, Roslina memaparkan, bahasa hanyalah salah satu faktor yang dapat mengembangkan kecerdasan anak. Sebab, ada pula anak yang kemampuan bahasanya kurang baik, tapi toh ia tetap cerdas dalam hal lain.
Riri, seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua putra yang berusia 13 dan 9 tahun, menuturkan pengalaman buah hatinya. Dia sempat merasa bingung lantaran si bungsu saat berusia 1,5 tahun terlambat bicara, sedangkan dulu, pada usia yang sama, si kakak sangat lancar berbicara. Bahkan si kakak saat itu sudah mampu menguasai beberapa bahasa, seperti Indonesia, Jawa, dan Inggris.
"Kemampuan bahasa adiknya lebih lamban, hanya bisa bahasa Indonesia. Saya khawatir kecerdasan si bungsu kurang dibanding sang kakak," ujarnya, khawatir.
Toh, akhirnya Riri bernapas lega lantaran mengetahui, setelah besar, kedua buah hatinya itu mempunyai kecerdasan masing-masing. Si sulung lebih pandai dalam pelajaran di sekolah, sedangkan adiknya jago bermusik. "Sekarang saya bisa membimbing keduanya sesuai dengan kecerdasan masing-masing," tuturnya.
Roslina, yang mengamati kasus di atas, menerangkan, keterlambatan bicara pada anak bukan berarti kemampuan bahasanya buruk dan berdampak pada kecerdasan si kecil. Ada banyak faktor penyebab, misalnya, pertama, kurang model atau stimulus dari lingkungannya. Kedua, keterlambatan karena kemampuan otot-otot wicara belum optimal. Ketiga, terlambat bicara tanpa ada penyebab apa pun. Keempat, terlambat karena ada gangguan perkembangan, misalnya keterlambatan bicara pada anak yang mengidap autistik.
Roslina yakin setiap anak memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda. Ada yang sangat mampu, biasa-biasa saja, atau kurang. "Yang perlu diingat adalah upaya orang tua untuk terus tergerak mengoptimalkan kecerdasan anak secara keseluruhan. Bahasa memang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak secara keseluruhan. Namun sekali lagi, ia (bahasa) bukan faktor utama, dan masih banyak faktor lain," ujarnya.
AQIDA SWAMURTI | HADRIANI P
No comments:
Post a Comment