Oct 15, 2010

Kiai Sapujagat dan Batuknya Merapi

menawi mbaurekso sampun mengi...


Kamis, 14/10/2010 08:19 WIB
Merapi dan SBY Lengser  
Djoko Suud Sukahar - detikNews

Jakarta - Setahun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden periode kedua, muncul kelesak-kelesik akan digulingkan. Ini memang gagasan ngawur. Tapi senyampang ide tak masuk akal itu bergulir, maka tebakan bodoh-bodohan rasanya pas sebagai pelengkap. Inilah analisis ngelantur soal itu. Suksesi dikaitkan dengan gejolak Gunung Merapi.

Dalam Babad Tanah Jawi, juga Serat Kanda disebut, jika gunung Merapi mulai batuk-batuk dan disusul dengan meletusnya gunung-gunung yang lain, maka itu pertanda terjadi suksesi di tanah Jawa. Pakem berdasar mitos itu diyakini sampai kini.

Boleh percaya boleh tidak, tapi saban terjadi pergantian presiden di negeri ini ternyata selalu diawali dengan meletusnya gunung Merapi. Itu terjadi sejak lengsernya Bung Karno dengan tampilnya Pak Harto, Habibie, Gus Dur, Mbak Mega, sampai SBY. Pembaca yang mengikuti ulasan saya di kolom ini mungkin tahu soal itu. Malah sering karena prediksi itu, maka saya dianggap sebagai 'pendukung fanatik' SBY. Padahal kenal aja nggak.

Gunung Merapi juga amat disakralkan banyak orang. Popularitas Mbah Maridjan 'mengalahkan' pamor Sultan Hamengkubuwono X (HB X) juga gara-gara gunung ini. Ketika kawah Merapi menggelegak dan pengungsi mulai berhamburan, Raja Jawa itu meminta Mbah Maridjan, juru kunci gunung ini meninggalkan wewengkonnya (daerahnya). 

Mbah Maridjan kukuh tidak mau mengungsi. Dia tetap dalam rumahnya yang berada persis di gigir gunung. Lelehan lava tak membuat lelaki khusyuk ini kabur. Malah beberapa pendaki yang bersembunyi di bunker buatan pemerintah setempat yang ditentang Mbah Maridjan bernasib sial. Saat lava mengalir, mereka mati gosong di dalamnya.

Itu pangkal larisnya 'roso'. Itu muasal berdirinya masjid di depan rumahnya. Kendati maksud HB X menyuruh Mbah Maridjan turun gunung sangat manusiawi, tapi rakyat menangkapnya beda. Mereka berasumsi Mbah Maridjan lebih sidik paningale. Dia menyatu dengan Kiai Sapujagat, tokoh mistik yang dipercaya sebagai mbaurekso (penguasa) gunung ini. Dan dia tahu yang bakal terjadi.

Di Jangka Sabdo Palon Noyo Genggong Gunung Merapi kembali dijadikan sebagai pengingat. Kehancuran Pulau Jawa akan ditandai dengan letusan gunung ini, disusul gempa bumi dan laut yang menggelegak. "Pratanda tembayan mami, hardi merapi yen wus njebluk milir lahar."

Malah dalam serat ini terurai cukup rinci. Aliran lahar akan mengarah ke barat daya. Membakar tanaman dan membunuh manusia, hingga aroma anyir mayat bertebaran di mana-mana. Itu sebelum daerah lain di tanah Jawa lantak, ikut hancur lebur berkeping-keping. Terus bagaimana kabar gunung Merapi hari-hari ini?

Sudah sebulan ini Gunung Merapi batuk-batuk. Seperti yang diberitakan detik.com, statusnya dari hari ke hari terus meningkat hingga waspada. Bagi orang Jawa, ini tengarai, bahwa tatanan negeri ini mulai tidak bajek (kokoh) lagi. Situasi chaostis mungkin terjadi. Kamtibmas terganggu. Dan bisa lebih dari itu. Adakah juga sinyal akan terjadinya suksesi?

Rasanya kok belum sampai ke sana. Berdasar ilmu titen, kegoncangan itu meminta tumbal pergantian pucuk pimpinan kalau sudah meletus dan diikuti letusan gunung- gunung lain yang dalam 'peta mistik' tidak disakralkan. Kali ini Merapi baru 'berdehem'. Gunung ini baru riuh di dalam perutnya, belum sampai muntah. 

Kalaulah ada gunung lain yang bergejolak, justru itu adalah Gunung Semeru. Gunung ini dalam keyakinan Jawa dianggap sebagai 'gunung tua', identifikasi dari Mahameru. Gunung manjingnya (tinggal)  Semar, sosok lelaki tua, sakti, sederhana, dan arif dalam pewayangan Jawa. Adakah dengan begitu SBY masih menjadi presiden sampai tahun 2014 nanti?

Dari tanda-tanda itu, naga-naganya memang begitu.

*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati budaya, tinggal di Jakarta

(vit/vit)

No comments: